Pembaca:Theindonesiantoday.com|Kemanusiaan|👁780
Theindonesiantoday.com~Ungkapan perasaan ❤💞 yang begitu bermakna saat mengawali perbincangan dengan sebuah ketulusan, Betapa rapuhnya hari ini manakala ku melihat mereka yang menderita dalam ketidak berdayaan, tanpa sentuhan kasih dan pertolongan bahkan keterbatasan yang dimiliki, hingga membuat mereka Pasrah meneirma kenyataan hidup.
Ruth Agnes Bunga, perempuan kelahiran TTS ini telah mengabdikan dirinya tanpa pamrih untuk menolong orang-orang yang jauh dari perhatian masyarakat dan pemerintah.
Ruth memulai Keterpanggilannya sebagai seorang pekerja kemanusiaan pada tahun 1999.
Dalam perbincangannya dengan awak media ia mengatakan, "untuk menjadi seorang pejuang kemanusiaan membutuhkan keikhlasan, sebab untuk mengangkat mereka yang tak berdaya dirinya bertatih-tatih dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat terpencil, terpinggirkan dan yang papah."
Sebagai seorang perempuan yang memiliki keterbatasan, namun perempuan paruh baya ini tidak patah semangat untuk mengangkat dan menolong mereka yang lemah dan tak berdaya.
Sebagai Ketua Komunitas Peduli Kemanusiaan, ia memulai menemukan keterpanggilannya sebagai pekerja kemanusiaan pada satu kampung yang beralamat di Oebobo Batu Putih, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Ruth menceritakan, bahwa awal menjadi seorang pekeja kemanusiaan pada saat itu ia bertemu dengan Sadok Taopan seorang anak berusia 10 tahun yang menderita penyakit Atresia Ani.
Dirinya berjuang dan membawa Sadok untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Kepresidenan Gatot Subroto Jakarta, tanpa ulur tangan Pemerintah Daerah, ia juga membawa 2 pasien Melky Litelnoni dan Noni Nesimnasi untuk mendapatkan perawatan yang kini ketiga anak ini sudah pulih.
Kini dirinya juga membantu masyarakat yang membutuhkan alat bantu berupa tongkat dan kursi roda, walaupun dengan keterbatasan yang ia mencoba memenuhi kebutuhan mereka.
"Saya Juga membantu saudara/i yang membutuhkan tongkat dan kursi roda belum selesai, saya di telpon untuk dapat menolong seseorang untuk membagi sembako ke panti asuhan untuk mereka yang berhak menerima."
Saya kembali mendampingi Niki Radja, untuk mendapatkan operasi bibir sumbing di Pulau Bali, namun karena tidak dapat di operasi, Niky mendapatkan kesempatan untuk menjalani operasi di Australia.
Kembali saya dipertemukan dengan seorang anak sekolah yang mengalami sakit tumor mata dan saya mendampingi sampai ke Bali, setelah kembali saya mendampingi pasien gizi buruk.
Hingga kini saya masih melakukannya dengan ikhlas, dan saya pun belum mendapatkan donatur tetap.
Sampai berita ini ditulis, dirinnya masih mencari bantuan dari sesama yang peduli kepada anak-anak NTT dan kini saya kembali mendapat kesempatan untuk memberikan bantuan berupa makanan khusus untuk penderita gizi buruk.
Ternyata Ruth tidak hanya perduli kepada kesehatan manusia saja, tetapi dirinya juga perduli kepada masyarakat yang rumahnya tidak layak dihuni.
Tidak hanya itu saja, saya juga bersama teman teman melakukan bedah rumah di beberapa tempat yaitu di Amanuban Selatan dan di Amanatun Selatan, dan sampai hari ini saya masih tetap setia melakukan pekerjaan-pekerjaan kemanusiaan dengan hati tulus tanpa tendensi apapun.
Ruth berharap dengan adanya pemberitaan ini, Pemerintah Daerah tidak tutup mata dengan kondisi kemanusiaan yang terjadi diwilayah TTS Khususnya dan NTT pada umumnya, untuk para donatur dimana saja berada dapat mengulurkan tangannya untuk menolong masyarakat di TTS.
"Saya berharap ada perhatian dari pemerintah daerah Sehingga dapat bekerja sama dalam memajukan pembangunan di bidang Pendidikan Kesehatan dan Kesejahtraan. Dan kepada para donatur yang peduli kemanusiaan datanglah ke NTT untuk membantu meringankan beban yang ada."
Harapan ini saya titipkan di pangkuan kita semua, mari kita peduli pada TTS dan NTT peduli pada generasi dan peduli pada sesama. "SALAM PEDULI KEMANUSIAAN".
Comments
Post a Comment