Tarian Pedoa untuk Mencari Anak



Pembaca:Theindonesiantoday.com|Budaya|👀2.574

Theindonesiantoday.com ~  Tarian adat Pedoa yang merupakan Tarian adat Asli Sabu Raijua, sejak 2017 telah ditetapkan sebagai WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) Nasional oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Kebudayaan.

Pedoa pertama kalinya digagas oleh Generasi orang Sabu yang bernama Dida Miha, dengan tujuan untuk membuat keramaian sambil mencari informasi tentang  keberadaan anaknya yang di sembunyikan oleh istrinya Sendiri di dalam lautan.

Dimana menurut mitologi orang sabu, pada waktu itu Dida Miha kawin dengan perempuan sakti dari lautan yang bernama Wanynyi Dara.

Pada waktu Wanynyi Dara Hamil, ia pergi  ke Pulau Djawa Wawa (Raijua) dan berpesan kepada Wanynyi Dara, jika anak laki-laki maka tolong bunyikan gong supaya ia mengetahui, bahwa anaknya sudah lahir dan dia akan segera pulang.

"Akan tetapi jika anaknya Perempuan maka ia menyuruh dibuang ke sungai agar anak itu mati terbawa banjir."

Sebagai seorang perempuan tentu Wanynyi Dara terpukul dengan pesan Dida Miha tersebut, sehingga ketika anaknya lahir ternyata laki-laki, maka ia pun mencari akal untuk mengelabui Dida Miha dengan cara mengantar anak tersebut kepada Saudaranya di lautan dan dilakukan Ritual Happo Ana atau pemberian Nama dan dinamakan DARI WANYNYI,

Ketika  Dida Miha pulang dan bertanya kepada Wanynyi Dara maka Wanynyi  Dara mengatakan bahwa ia telah melahirkan seorang Anak perempuan dan telah dibuang ke sungai sesuai pesan Dida Miha.

Sebagai seorang Ayah, Dida Miha punya firasat bahwa anaknya masih hidup maka ia menggagas kegiatan keramaian berupa  Tarian Pedoa untuk mencari informasi tentang Keberadaan Anaknya.

Pedoa yang pertama kali  dibuat oleh Dida Miha di Sebut Pedoa Kale Ana atau Cari Anak yang dilakukan di suatu tempat yang bernama DJa"nga Koli yang saat ini terletak di Desa Dainao, Kecamatan Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua.(#JHF)

Comments